#3. Relationship Virtual, Dunia Ambigu ?!

Senin, 27 Desember 2021.

Beberapa hari lagi menuju tahun baru. Udah gak kerasa sudah mau 2022 aja yaa.. Malam ini aku menulis tulisan ini sambil dengerin lagu "Ajarkan Aku" dari Arvian Dwi. Liriknya kurang lebih gini..

Ajarkan aku cara tuk melupakanmu

Bila membenci mu tak pernah cukup tuk hilangkan kamu

Semenjak beberapa tahun belakangan ini corona yang mewabah di seluruh belahan dunia. Segala macam sistem dijalankan secara online, mulai dari pekerjaan, sistem belajar bahkan beberapa pekerja banyak yang harus di rumahkan karena wabah penyakit yang cukup mengerikan.

Masuk di tahun 2021, di akhir tahun ini meski kondisi wabah masih dalam penanganan. Segala macam aspek sudah mulai beradaptasi dengan sistem online. Bahkan Relationship.

Sekali lagi untuk topik malam ini tidak ada alasan khusus, hanya ingin menumpahkan isi di kepala. Semenjak semua berubah menjadi online, bahkan hubungan yang di bangun oleh dua orang manusia pun ada juga yang berjalan secara virtual. 

Marak sekali ku lihat orang-orang mulai saling berkenalan secara virtual, baik yang sebelumnya pernah bertemu atau bahkan tidak pernah bertemu sama sekali. PDKT lewat chat dan video call. Sederhana dan hemat biaya.

Aku sedang tidak berusaha untuk menggaungkan hubungan virtual atau semacamnya. Mungkin hanya akan sedikit berbagi pendapat yang ada dalam kepalaku tentang hubungan semacam ini. 

Aku pernah menonton salah satu video di youtube, alasan mengapa seseorang bisa memiliki perasaan dengan orang lain meski mereka hanya saling berkenalan secara virtual, lewat sosial media dan terus berkomunikasi hanya melewati Whatsapp. Di video yang aku tonton itu bilang perasaan akan semakin terus tumbuh jika setiap hari diberi pupuk. 

Mungkin tak bertemu, tapi saat kita memberi perhatian lebih atau saat ketika saat kita memberi effort lebih untuk terus terhubung dengan dia, secara tidak langsung kita sedang memberikan pupuk lebih terhadap perasaan kita, sehingga menyebabkan munculnya perasaan-perasaan di hati meski tanpa pertemuan. 

Awalnya ku pikir hal seperti ini mustahil, tidak logis. Cukup aneh, perasaan tanpa pertemuan. Sampai hal ini ku alami dengan sendirinya. 

Ya, lagi dan lagi pada akhirnya aku akan menuliskan tentang diriku. 

Aku sempat berkenalan dengan beberapa orang baik itu orang yang pernah ku temui atau bahkan tidak sama sekali. Di mulai dari bertukar kabar, sesederhana dimulai dengan pertanyaan "apa kabar ?" atau dengan kalimat "bagaimana hari ini ? lancar ?" satu pertanyaan dengan 1001 kelanjutan setelahnya. Dimulai dari saling berbagi cerita dan hal-hal sederhana yang dilalui setiap harinya, tanpa sadar menumbuhkan harap dan rasa.

Karena selama ini tanpa sadar aku sudah memberikan effort lebih untuk terus terhubung dengan orang itu. Sebenarnya perkara seperti ini tidak perlu diambil pusing asal tidak membawa hati dalam setiap percakapan, namun sayangnya itu menjadi keteledoran. 

Setiap perhatian yang diberi tak bisa ku tangkap dengan cara yang biasa. Perlahan namun pasti aku mulai berharap, mulai berangan tentang hal-hal yang mungkin terjadi kedepannya. Membayangkan sebuah pertemuan, membayangkan dia pun memiliki perasaan yang sama. 

Yaps, sebuah kesalahan yang sering kali dilakukan dalam hidup ini adalah berharap pada manusia yang tak sempurna. 

Aku lupa kalau orang yang ku sukai juga manusia yang tak sempurna, Rasanya menjengkelkan, menyebalkan saat tahu kalau orang yang kita sukai ternyata tidak ada hati dengan mu, lalu kemudian aku mulai menyalahkannya yang selama ini memberikan perhatian, candaan dan rasa nyaman yang ku salah artikan. 

Salah satu lirik lagu berbunyi seperti ini..

Kau ketik pakai jari. Ku balas pakai hati...

Well, itu yang terjadi, semua candaan tidak lebih dari sekedar jari yang mengetik bukan karena hati yang mengusik. Dari peristiwa itu aku belajar suatu hal dunia virtual adalah dunia ambigu yang sulit dibedakan antara yang benar-benar serius atau hanya sekedar main-main. 

Jauh setelah peristiwa itu aku mulai waspada berhati-hati menjaga hati...

Sampai akhirnya, aku kembali berkenalan dengan seseorang yang sekali lagi ku kenal secara virtual. Kali ini berbeda, dia datang mendekat dan tak banyak a b c d. Dia bilang menyukaiku. Dia berterus terang bahkan ingin mengajak ku serius. 

Kaget ? Tentu saja, ketika dunia virtual menjadi dunia ambigu untuk ku kenali. Dunia paling ambigu untuk membedakan apakah orang itu hanya sekedar main-main atau bersungguh-sungguh.

Dunia yang menurutku tak bisa kita deteksi secara langsung apakah hanya sekedar bermain kata atau memang benar-benar mengajak pada hal nyata. 

Aku tak menjawab apapun atas permintaan itu, aku hanya menjalani setiap perkenalan. Membiarkannya mengenaliku dan membiarkan diriku untuk mengenalinya. Tanpa harus menaruh rasa, takut terluka parah seperti sebelumnya.

Sederhananya dalam tulisan ini hal yang ingin kubagikan secara subjektif adalah Virtual adalah dunia ambigu. Jadi, jangan sampai terlampau jauh, karena sakitnya sama menyesakannya dengan manusia real life yang kita temui setiap hari.

Just That !!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#1. Mari Berkenalan Dengan Kuli Aksara

#8. Untuk A. E.

#5. Januari Baru Untuk Ku.